Saat ini, olahraga sangat beragam jenisnya, dari olahraga yang ekstrim hingga olahraga general dengan maksud bisa dilakukan oleh siapa saja. Salah satu olahraga general yang mempunyai banyak peminat yakni olahraga bersepeda. Alasannya tentu saja karena sepeda bisa dimiliki oleh semua orang tanpa memandang usia, jenis kelamin, dan tidak membutuhkan kemampuan yang khusus. Selain termasuk salah satu cabang olahraga, sepeda juga identik dengan penggunaannya sebagai alat transportasi. Maka dari itu, tidak mengherankan jika eksistensi sepeda masih bertahan dan justru terus berkembang. Bahkan, di masa kini jenis sepeda yang beredar mulai sangat bervariasi dan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Jenis sepeda yang beragam tersebut antara lain ada road bike, MTB, BMX, city bike, sepeda lipat atau folding bike, dan masih banyak lagi.

Salah satu jenis sepeda yang benar-benar memenuhi kebutuhan dari masyarakat yakni sepeda lipat atau yang biasa disingkat menjadi seli. Seperti namanya, sepeda lipat mempunyai keunikan tersendiri karena rangkanya yang bisa dilipat sehingga menjadi bentuk yang lebih ringkas. Pada umumnya, sepeda lipat mempunyai ukuran roda yang berkisar 16 hingga 20 inchi. Namun, tidak sedikit juga produk sepeda lipat yang ukuran rodanya lebih dari itu, yang terpenting sepeda masih bisa dilipat dan dibuat dalam bentuk yang ringkas.

Uniknya lagi, sepeda lipat bisa dikatakan memiliki banyak perbedaan dengan jenis sepeda lainnya. Karena dalam penggunaannya, sepeda lipat dirasa tidak terlalu kencang dan terasa berat ketika menempuh jalur berupa tanjakan. Tentu saja perbedaan seperti ini akan bisa dirasakan dengan jelas oleh para pengendara yang sudah terbiasa menggunakan sepeda balap (road bike) maupun sepeda gunung (mountain bike). Nah, sebenarnya kenapa sih sepeda lipat terasa lebih berat ketika digunakan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, yuk simak ulasan singkat di bawah ini.

Alasan Sepeda Lipat Terasa Berat

Sebenarnya kecepatan dalam mengendarai sepeda dipengaruhi oleh banyak hal, dan tidak terkhususkan hanya untuk sepeda lipat saja. Ada dua faktor utama yang bisa mempengaruhi kecepatan dari sepeda, yakni faktor sepeda itu sendiri dan faktor dari pengendaranya. Faktor dari pengendara misalnya seperti kekuatan tubuh dan berat badan yang dimiliki pengendara. Sedangkan untuk faktor sepeda, komponen utama yang seringkali mempengaruhi kecepatan sepeda yakni cadence, gear ratio, serta ukuran roda sepeda. Namun, perlu diingat, selain ketiga komponen di atas, bagian-bagian yang lain pun juga bisa berdampak pada kecepatan sepeda. Untuk mengetahui kecepatan sepeda, Anda bisa menggunakan rumus:

Kecepatan= (keliling roda x cadence x gear ratio)/ waktu tempuh.

Kira-kira bagaimana ya peranan dari masing-masing komponen tersebut? Berikut penjelasannya:

1.   Ukuran Roda

Poin pertama yakni ukuran roda. Ukuran diameter roda yang berbeda pastinya akan menghasilkan keliling roda yang juga berbeda. Dengan demikian, putaran ban akan terpengaruh. Semakin kecil putaran ban, maka jarak tempuh akan menjadi lebih pendek dibandingkan dengan putaran dari roda yang berukuran besar.

2.   Gear Ratio

Bagi yang belum tahu nih, gear ratio adalah sebutan untuk perbandingan gear, jumlah gigi antara gear depan (chainring) dengan gear belakang (sprocket). Jika Anda memilih gear yang berbeda, otomatis gear ratio yang dihasilkan juga ikut berbeda. Ada dua tips yang bisa Anda terapkan ketika ingin mengatur gear ratio, yakni:

  1. Gear depan besar dan gear belakang kecil bisa digunakan ketika Anda ingin ngebut. Posisi ini biasa disebut dengan gear ratio besar.
  2. Untuk gear ratio kecil, perbandingannya yakni gear depan kecil dan gear belakangnya besar. Kondisi seperti ini biasanya sangat berguna ketika Anda menempuh jalur yang menanjak.

Pada sepeda balap dan sepeda gunung, gear rationya terbilang sangat luas. Karena pada dasarnya kedua jenis sepeda tersebut umumnya dilengkapi dengan 10 hingga 12 pilihan kecepatan serta ditambah double/triple gear depan. Spesifikasi tersebut tentunya sangat berbeda dengan sepeda lipat yang kebanyakan hanya dilengkapi dengan 3 hingga 7 kecepatan dan single gear depan, sehingga akhirnya gear ratio yang dihasilkan menjadi lebih sempit. Dengan roda yang lebih kecil, sepeda lipat tidak akan bisa menyusul sepeda balap maupun sepeda gunung, walaupun sudah dipasang gear depan atau belakang yang sama, kecuali jika cadence yang ditambah kecepatannya.

3.   Posisi Tubuh

Dimulai dari posisi duduk, alasan mengapa sepeda lipat lebih berat karena bentuk framenya yang memaksa tubuh untuk duduk dengan tegak, sehingga menahan angin. Sedangkan pada sepeda balap, framenya dibuat dengan memiliki sudut geometri yang membuat pengendara duduk lebih menunduk. Dengan posisi ini, pengendara bisa membelah angin sehingga cocok digunakan untuk ngebut.

Selanjutnya pada posisi kaki. Posisi kaki saat bersepeda pasti akan mempengaruhi kinerja dari otot kaki. Saat mengendarai sepeda lipat, kerja otot kaki dinilai kurang ideal, karena saat sepeda berhenti, kaki masih bisa menginjak tanah dengan kondisi lurus. Dengan artian, pada saat mengayuh sepeda lipat, kaki Anda otomatis dalam kondisi sedikit menekuk. Kinerja otot kaki yang ideal bisa didapatkan dari kondisi kaki yang lurus saat mengayuh atau menginjak pedal sepeda pada titik terendahnya. Bisa dibilang, pada saat berhenti posisi kaki yang benar yakni dalam keadaan berjinjit sama seperti ketika mengendarai sepeda gunung ataupun balap.

Nah, itu dia 3 alasan mengapa sepeda lipat terasa lebih berat dibandingkan dengan sepeda-sepeda lainnya. Dari tiga alasan di atas juga dapat disimpulkan, walaupun sepeda lipat mempunyai kelebihan karena bentuknya bisa lebih ringkas dan efisien, nyatanya sepeda lipat juga memiliki kekurangan. Walaupun begitu, sepeda lipat tetap cocok digunakan sebagai alat transportasi dan hiburan untuk seluruh kalangan masyarakat.